Sebuah fenomena astronomi unik terlihat di langit,
lunar perigee atau disebut juga
supermoon. Saat itu, Bulan berada dalam jarak terdekatnya dengan Bumi dalam kurun waktu sekali dalam setiap 18 tahun.
Jarak
Bulan hanya sekitar 221.567 mil atau 356.578 kilometer dari induknya.
Di Indonesia, supermoon mencapai puncak pada Minggu 20 Maret 2011 dini
hari pukul 02.10 Waktu Indonesia Barat.
Pada ahli menyebut
supermoon sebagai
fenomena biasa dan reguler dalam astronomi. Namun, sejumlah penganut
teori konspirasi menghubung-hubungkannya dengan pertanda bencana.
Misalnya, astrolog, Richard Nolle yang mengklaim
supermoon
akan memicu gempa bumi, gunung meletus, dan badai besar. Beberapa fakta
dijadikan penguat teori itu, seperti tsunami Aceh 2004 yang merenggut
lebih dari 200 ribu nyawa terjadi dua minggu sebelum
supermoon 2005. Juga bahwa gempa 9,0 skala Richter dan tsunami Jepang pada Jumat 11 Maret 2011, yang hanya delapan hari sebelum
supermoon 2011.
Namun,
teori ini dibantah Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA. Ilmuwan
Goddard Space Flight Center NASA, Jim Garvin menjelaskan, efek bulan
terhadap bumi telah lama menjadi subyek studi. Tak ada kaitan antara
supermoon dengan bencana.
"Efek
supermoon terhadap Bumi kecil. Dan menurut studi detil para seismolog dan vulkanolog, kombinasi antara
supermoon
dan bulan purnama tidak mempengaruhi energi internal keseimbangan di
bumi." Meski bulan berkaitan dengan kondisi pasang surut Bumi, itu tidak
mampu memicu gempa besar dan mematikan."
Sementara, Astronom
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin
mengingatkan masyarakat untuk tidak menghubungkan
lunar perigee dengan bencana. "Ini adalah fenomena astronomi biasa, Bulan berada dalam jarak lebih dekat dengan Bumi."
Apapun itu,
supermoon berkaitan
dengan bencana atau tidak, fenomena ini cukup memesona siapapun yang
beruntung menyaksikannya. Bulan nampak lebih besar dan oranye, sinarnya
pun lebih terang daripada malam-malam biasa.
0 komentar:
Posting Komentar