STOCKHOLM, KOMPAS.com — Lontaran partikel berenergi
tinggi dari ledakan Matahari yang sampai ke Bumi, Selasa (24/1/2012)
malam, telah menciptakan pemandangan yang mengagumkan di langit belahan
Bumi bagian utara. Gelombang elektromagnetik yang menembus atmosfer
menciptakan cahaya warna-warni yang disebut sebagai aurora borealis.
Para
astronom dan pelancong pun tak menyia-nyiakan kesempatan melihat
pemandangan yang langka tersebut. Bahkan, ada yang sampai menyewa kapal
untuk melihat lebih jelas aurora tersebut dari fjord atau danau
di bagian utara Skandinavia.
"Ini sungguh mengagumkan. Saya
melihat aurora pertama kali 40 tahun lalu dan ini adalah yang paling
bagus," kata John Mason, astronom dari Inggris, di dek Kapal MS
Midnatsol, di sebuah fjord di utara Norwegia.
Pemandu
wisata di Jukkasjarvi, Swedia, Andreas Hermansson, mengatakan, aurora
kali ini merupakan yang terbesar dalam enam tahun terakhir. Ia dan
rombongan turis menggunakan sebuah bus sukses menikmati cahaya aurora
dengan dominasi hijau yang menari-nari di langit pada Selasa petang
selama sekitar satu jam.
Bahkan, aurora dilaporkan terlihat dari
daerah yang lebih jauh ke selatan, seperti di Irlandia dan Inggris,
sebelum partikel-partikel badai Matahari sampai ke atmosfer. Namun,
menurut fisikawan Doug Biesecker dari Pusat Meteorologi AS, cahaya
tersebut mungkin akibat angin Matahari yang membawa gelombang bermuatan
listrik dan bukan partikel-partikel badai Matahari.
Aurora
borealis kali ini disebabkan ledakan Matahari pada bintik Matahari 1402,
Senin (23/1/2012) pukul 10.59 WIB. Ledakan ini merupakan yang terkuat
sejak tahun 2005, masuk dalam kelas M-9 alias sudah mendekati kelas
tertinggi (X-Extreme). Akibat ledakan itu, terlepas partikel berenergi
tinggi dan lontaran massa korona (CME) yang bergerak dengan kecepatan
hingga 2.200 km per detik. Badai Matahari selalu diwaspadai karena bisa
menyebabkan kerusakan pada perangkat satelit dan alat komunikasi.